This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 18 Mei 2019

Bukber Gema Ramadan BEM-FP Sepi Peserta

foto : Indri
ALIPI NEW-Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-FP) mengadakan bukber pada Sabtu (18/05/19) di RKB-I lantai 1. Bukber dengan tema “Ceriakan Ramadhan dengan Berbagi dalam Ukhuwah Islamiyah bersama Fakultas Pertanian” sekaligus menutup rentetan acara Gema Ramadhan. Kegiatan ini turut dihadiri oleh Dekanat dan Badan Kelengkapan Fakultas Pertanian (BK-FP).

“Untuk mencari pahala, berbagi, kebersamaan. Dalam kebersamaan menjadikan sebuah naungan yang bersifat keagamaan,” Tutur Ferdiansyah, Ketua pelaksana, saat menjelaskan tujuan acara.
Acara dimulai dengan penyampaian materi oleh Khoirun Nasik, Dosen Fakultas Keislaman, dan penampilan tim hadrah HATATAR. Sebelumnya, BEM-FP telah melaksanakan rentetan acara Gema Ramadhan, diantaranya bagi-bagi takjil pada Jumat (17/05) dan santunan anak yatim pada Sabtu siang (18/05).
Acara tersebut merupakan kali pertama yang diselenggarakan di RKB-I. Ferdiansyah mengatakan bahwa alasan ditempatkan di RKB-I karena semua gedung telah dipakai oleh Badan Kelengkapan se-Universitas, yang sedang memanfaatkan momentum Ramadan. Antusisas mahasiswa FP, melihat jumlah yang hadir, masih kurang maksimal. Hal tersebut diakui Ferdiansyah. Dia mengaku, penitia telah menyebarkan informasi acara tersebut melalui media daring. “Informasi dari awal sudah disebar mulai dari Instagram dan WhatsApp teman-teman.” Tukasnya.
Menambahkan, untuk mengikuti acara tersebut, panitia menetapkan HTM Rp 15 ribu. HTM tersebut digunakan untuk pembelian makanan dengan rincian harga Rp 10 ribu, minum Rp 2 ribu, dan infak santunan anak yatim Rp 3 ribu. “Ya segala informasi sudah disebar, mungkin karena dari diri mahasiswa yang tidak berminat atau punya halangan yang lain,” pungkasnya.


Reporter : Indri
Editor      : Dewinta R.H

Kamis, 02 Mei 2019

Apakah Sudah Terdidik atau Diam Bergidik?

 
Created by : M. Ali Mashudi

Pendidikan menjadi tolak ukur maju tidaknya sebuah negara. Ketika suatu negara tidak menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan dalam perkembangan budaya, ekonomi, demokrasi maupun teknologinya tentu hal ini akan menjadi PR besar bagi sebuah negara untuk mempertanyakan kualitas pedidikaan yang saat ini diterapkan. Pendidikan menjadi hal yang sangat diperlukan masyarakat dalam mengubah pola pikir yang terkesan kuno menjadi  ilmiah. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.
Lanjut ke pembahasan utama, memasuki realita kehidupan pendidikan seorang mahasiswa, perlu kita kaji dan pelajari. Apakah pendidikan di negeri ini sudah mencerminkan masyarakatnya dalam berpola pikir ? Contoh saja dalam dunia kampus, hiruk pikuk kegiatan dimulai pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB. Sepertinya bukan dimulai pukul 07.00 lagi karena kami sebagai mahasiswa pertanian terbiasa melakukan kegiatan pukul 05.30 untuk melakukan berbagai aktivitas tuntutan maha dosen. Belum lagi kuliah pengganti yang biasa dilakukan pada pukul 18.30 s/d 20.40 WIB. Banyak juga yang merelakan waktu tidurnya demi mengerjakan 1001 tugas yang meliputi: laporan, pembuatan makalah, resume jurnal, dan tugas presentasi dari banyak mata kuliah yang disajikan dan tentunya sangat menyiksa. Disaat kegiatan perkuliah berlangsung, banyak mahasiswa yang ditemui mencuri waktu tidur di sela-sela dosen menyampaikan ceramahnya. Saat itulah mahasiswa perlu ditanyakan apakah dia mahasiswa terdidik atau hanya diam bergidik ? Mari selalu kita waspadai hal semacam ini.
Inilah realita perkuliahan yang tak sesuai dengan ekspetasi. Ki Hajar Dewantara tokoh yang disebut sebagai Bapak Pendidikan di Indonesia menyampaikan bahwa pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Kebahagiaan yang mana coba ?. Sebagai makhluk hidup yang sering membaca perjuangan pahlawan melawan penjajah atau merasai diri sedang dijajah, baru kali ini kami rasakan di dunia perkuliahan, dimana waktu istirahat kami terjajah oleh tumpukan tugas. Tekanan ini membuat banyak keluhan bagi kami kaum pelajar dalam penempuh pendidikan.
Sedangkan tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggungjawab terhadap bangsa.
Meninjau dari undang-undang terlampir, bahwasannya kami memang memiliki pengetahuan yang katanya luas, namun kami tidak sehat secara jasmani maupun rohani. Tugas yang menumpuk membuat kami harus begadang larut malam, telat makan, jarang mandi dan kurang pergaulan. Hal tersebut akan berdampak antara lain; kami menjadi makhluk anti sosial karena kesibukan kami akan laporan, menurunnya konsentrasi saat kuliah, tekanan batin dalam menyikapi tugas yang beranak pinak, frustasi karena laporan tidak accept dan finalnya adalah insomnia.
Hal ini tidak sinkron dengan undang-undang yang ada. Sibuk dengan tugas yang menggunung membuat gerak kami terbatas dalam berkreativitas. Kami juga butuh istirahat bukan tekanan yang terus-menerus mendera. Kepada semua pejabat kampus “Kurangi tugas kuliah kami, agar LDR bisa bersua.”

Oleh  : M. Ali Mashudi & Indri K. N