(ALIPI), Jum’at (13/5) Badan Kelengkapan
Fakultas Pertanian (BK FP) mengadakan rapat
koordinasi bersama Dekanat.
Acara ini digelar guna
menindaklanjuti hasil kuisioner yang disebar oleh tim advokasi Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP). Salah satu point yang dinilai sangat
penting dalam hasil kuisioner adalah ketidak setujuan mahasiswa pertanian
dengan kehidupan IKOMA (Ikatan Orang Tua
Mahasiswa).
Hasil kuisioner menunjukkan jumlah yang signifikan
terhadap penolakan adanya IKOMA. Sekitar 126 mahasiswa menyatakan tidak setuju,
nilai ini 60% lebih besar dari pada mahasiswa yang setuju dengan adanya IKOMA. Berdasarkan hasil
rekapitulasi Komisi III DPM FP, hal ini dirasakan
bahwa mahasiswa FP
tidak mengetahui secara jelas akan manfaat yang dihasilkan oleh lembaga sosial ini.
“berdasarkan alasan yang kami
tampung mengenai IKOMA ini, belum jelas alur dana dari ikoma ini, serta
pembagian dana yang belum merata dan tidaka ada tindak lanjut bagaimana
kelangsungannya” tutur Wildan
selaku anggota komisi III DPM
Menilik masalah tersebut, Dekan FP Slamet Subari menuturkan bahwa
ketidak berlanjutan IKOMA disebabkan karena ada dualisme mahasiswa yang pro dan kontra akan hal ini. Dalam
pelaksanaannya pada periode 2014 lalu, mahasiswa yang menolak akan diadakannya
IKOMA ini menilai bahwa tanggung jawab terhadap universitas ini dirasa telah
dicukupi seluruhnya oleh negara. Sehingga mahasiswa yang menolak dan tidak ingin ada
penarikan dana kembali dari fakultas. Memasuki periode IKOMA tidak dijalankan akibat
tidak adanya tindak lanjut terhadap mahasiswa yang tidak setuju akan hal ini.
Sedangkan sebagian uang yang terkumpul dari mahsiswa yang setuju akan IKOMA ini
masih disimpan rapi.
Hingga saat ini status IKOMA
mendapatkan rapor merah akibat ketidak jelasan manfaat yang dirsakan oleh
mahasiswa FP. Menyikapi hal itu dalam rapat koordinasi lanjutan tersebut muncul wacana pembubaran IKOMA.
Sepakat dengan mahasiswa, pihak Dekanat yang bercermin
dari hasil kuisioner menyarankan kepada BK FP untuk membuat berita acara
sebagai langkah awal pembubaran ini yang nantinya bisa diaudiensikan kembali
dengan pengurus IKOMA akibat adanya desakan dari mahasiswa.
“melihat hasil kuisioner ini, ya ndak apa-apa dibubarkan saja, tapi saya sarankan
bikin berita acara yang isinya adalah
hasil survei
mahasiswa tentang IKOMA ini sudah tidak perlu lagi, segala aset harus
dikembalikan kepada mahasiswa, tata cara pembubaran ini menganut pada
musyawarah mufakat serta prosedur hukum yang berlaku” tutur slamet sobari
selaku dekan FP.
Selain menyoroti IKOMA, rapat
koordinasi ini juga membahas mengenai fasilitas-fasilitas
perkuliahan dan lab terpadu yang akan direnovasi sebagai hasil permohonan
kuisioner dari mahasiswa FP. Namun pihak dekanat sementara ini menyanggupi
fasilitas dalam skala kecil yang akan
direnovasi. Hal ini disebabkan karena fasilitas dalam skala besar bukanlah
kebijakan dari Fakultas
namun Universitas. (FUA/ANA)
0 Comments:
Posting Komentar