terkini

PTM di Tengah Merebaknya Varian Omicron: Efektifkah?

Sosialisasi Sistem Perkuliahan Semester Genap 2021/2022

Sumber: Instagram BEM UTM (@bemfaperta_utm)


Alipi News
- Pembelajaran Tatap Muka (PTM) luring di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) akan dilaksanakan pada tanggal 21 Februari mendatang. Namun, kabar tersebut menuai kontra dari beberapa mahasiswa yang merasa keberatan dengan adanya kuliah tatap muka tersebut.


Ratna, mahasiswa Agroteknologi yang kini akan menempuh semester 4 memberikan pendapat mengenai kebijakan yang akan diterapkan pada semester genap tahun ini. "Kebijakan terkait perkuliahan semester genap ini menurut saya kurang bijak. Mengingat adanya varian virus baru yang diikuti dengan meningkatnya kasus pasien positif covid di berbagai wilayah Indonesia,” ungkap Ratna.
"Apalagi, para mahasiswa tidak hanya berasal dari wilayah Madura saja, tentu akan ada kemungkinan penyebaran virus di wilayah kampus jika menerapkan perkuliahan luring. Meskipun mahasiswa di awal negatif, tetapi ada kemungkinan terpapar saat mobilisasi," tambah Ratna.


Ratna juga menjelaskan bahwasanya perkuliahan tatap muka dirasa kurang efektif. "Tadi juga sempat disebutkan bahwa pertemuan hanya 30 menit. 30 menit diberikan materi menurut saya itu sangat kurang efektif. Apalagi, jika dosen harus menjelaskan secara langsung dan via device untuk yang daring,” jelas Ratna.


Lebih lanjut Ratna mengatakan bahwa dengan maraknya berita peningkatan kasus Omicron di Indonesia justru diadakan perkuliahan tatap muka?. "Pengambilan keputusan untuk mengadakan PTM menurut saya kurang efektif. Seharusnya pihak atasan belajar dari kasus tahun lalu dimana adanya peningkatan kasus pasien positif setelah adanya varian baru. Masa harus nunggu ada yang positif dulu dari civitas akademik baru kemudian daring kembali?” ungkap Ratna.


"Keputusan yang telah diberikan atasan mengenai perkuliahan semester genap tahun ini, menurut saya atasan masih memberikan keputusan yang sangsi. Karena di akhir sosialisasi disebutkan bahwa keputusan masih dapat berubah sewaktu-waktu,” tegas Ratna. Mahasiswa Agroteknologi itu juga menjelaskan kekhawatiran yang dirasakan bagi beberapa mahasiswa lainnya. "Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi beberapa mahasiswa, khususnya dari luar daerah. Takutnya jika memilih perkuliahan luring, lalu tiba-tiba dipulangkan. We will lose our money misalnya, sudah bayar uang kos dan lain-lain,” keluh Ratna.


Sehubungan dengan keputusan yang diberikan mengenai kuliah tatap muka, Ratna pun tidak sepakat dengan adanya keputusan tersebut. “Tidak, padahal pemerintah sudah memberikan keringanan dengan adanya perkuliahan daring. Seharusnya hal itu dapat dimanfaatkan dengan bijak. Jika kondisi sudah lebih terkontrol, mungkin bisa diadakan kuliah luring,” tegas Ratna.


Terakhir, suatu harapan muncul ditengah problematika mengenai sistem perkuliahan semester genap tahun ini. Ratna menyampaikan harapannya agar pihak-pihak yang berwenang memikirkan hal ini kembali sebelum memberikan keputusan final. "Mungkin untuk yang sidang skripsi/PKL bisa diadakan luring, asal dengan peraturan yang lebih ketat, misalnya melakukan karantina sebelum sidang. Sementara untuk mahasiswa semester lain yang tidak ada keperluan ujian, bisa dilakukan secara daring," jelas Ratna saat diwawancara oleh LPM Alipi pada Jumat (11/02/2022)

Reporter : Nita
Editor : Ariyani

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.