This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 Desember 2020

Menyongsong Pesta Demokrasi Fakultas Pertanian UTM

 


Mengamati infografis KPUM FP (@kpumfp), rangkaian Pemilu di lingkungan Fakultas Pertanian akan segera dilaksanakan. Pendaftaran Paslon akan mulai dibuka pada Kamis 31 Desember – 2 Februari 2021 mendatang. Beberapa rangkaian acara Pemilu diantaranya terdiri dari verifikasi berkas, interview, pengambilan nomor, rangkaian debat, rangkaian kampanye, hari tenang, dan berakhir dengan Pemilu Raya.


Tema Pemilu Raya kali ini ialah, “Menciptakan Pemilihan Umum Mahasiswa yang Independen, Sehat, Bernalar, dan Berintegritas.” “Output yang diharapkan bahwa agar kedepannya, Faperta jauh lebih baik,” ungkap Dardiri, Ketua KPUM FP.


Menurut Dardiri, kegiatan pesta demokrasi mendatang akan sangat sesuai dengan asas LUBERJURDIL. Hal ini sudah mulai mereka upayakan dengan selain menginformasikan ke seluruh jajaran BK fakultas, pihak KPUM juga akan selalu meng-update perkembangan yang ada dengan cara menguggahnya di akun instagram (@kpumfp).


Berikut menyoal sistem pemilihan KPUM FP, jika dilakukan secara daring, dimungkinkan tidak akan ada kasus kebocoran saat melalui Google Form. Hal ini bisa mengacu ke DPT jika ada kebobolan dari fakultas lain yang masuk. Perihal teknis pelaksaanaan proses interview, debat paslon, dan berbagai rangkaian Pemilu Raya lainnya, masih menunggu informasi lanjutan dari KPUM FP. “Tunggu saja informasi selanjutnya dari KPUM,” lanjut Dardiri .


Diungkap (juga) oleh Dardiri, bahwa tidak ada aturan tertulis dari produk hukum yang mengatur terkait keberadaan kotak kosong jika memang hanya akan ada satu Paslon yang menjadi kandidat. “Kita (KPUM FP) melaksanakan aturan yang sudah ditetapkan di Sidang Paripurna oleh DPM,” tutur Ketua KPUM. “Tidak ada yang dikhawatirkan. Semuanya bisa dilakukan dengan gotong royong,” jelasnya lebih lanjut.


Adapun harapan Dardiri pada Pemilu Raya kali ini ialah “Semoga, siapapun yang terpilih dapat menjaga amanah serta mampu membuat program kerja yang lebih kedepannya. Dan untuk tim sukses antar paslon agar bisa tertib selama proses Pemilu berlangsung” pungkas Dardiri penuh harap.

(Dewi)


Selasa, 08 Desember 2020

Kontroversi Pelaksanaan Musyawarah Mahasiswa FP 2020

 


Berdasarkan surat edaran dari DPM-FP, pada Minggu (5/12) telah sukses dilaksanakannya Musyawarah Mahasiswa (Muswa) FP tahun 2020.  Acara berlangsung di Literasi Sebelah Utara Pondok Al-Masduqie,Timur Kampus yang dihadiri oleh perwakilan 3 orang dari masing-masing BK FP. Tema yang diusung pada MUSWA tahun ini adalah “Revitalisasi Nilai-Nilai Demokrasi Yang Subtantif Untuk Faperta Yang Kolaboratif, Loyalitas Dan Berkemajuan.”


Di tengah pandemi yang tengah terjadi, bahkan setelah Rektor terkonfirmasi positif Covid-19, Muswa tetap dilaksanakan secara offline/luring, dan hal ini menjadi pro dan kontra tersendiri bagi beberapa BK FP.


"Muswa FP tahun ini menurut saya kurang dapat mewadahi/memfasilitasi mahasiswa pertanian secara keseluruhan, terutama teman-teman yang tidak dapat hadir ke telang dalam kondisi Covid-19 ini," kata Andhika selaku Waketum Himagri.


“Pada pertemuan 2 desember yang difasilitasi oleh DPM, awalnya banyak BK yang mengusulkan agar pelaksanaan Muswa dilakukan secara offline, namun ketika Himagri mengusulkan konsep 2 arah, yaitu offline dan online dengan alasan bisa menfasilitasi keseluruhan mahasiswa FP, usulan tersebut pun disambut baik oleh BK secara umum. Namun demikian, DPM selaku penanggung jawab acara Muswa FP tetap memilih agar Muswa dilaksanakan secara offline,” lanjutnya.


Lantas Muswa pun dilakasanakan secara offline, dan DPM-FP serta panitia sudah megonfirmasikan akan hal tersebut pada setiap BK FP. “Perihal melakukan Live Streaming You Tube dengan alasan untuk mewadahi mahasiswa yang tidak bisa hadir secara offline itu tidak memungkinkan, karena sidang ini adalah forum resmi, jadi ketika ada yang keluar masuk forum harus ditangani dan dilihat oleh pimpinan dan predisium dengan perhitungan konkrit,” jelas Mawar.


Penyebaran pamflet Muswa pada H-1 acara dipertegas oleh Karisma selaku Ketupel Muswa yang menyatakan bahwa banyak anggota DPM-FP yang ingin berproses ke DPM-KM. Jika muswa selalu diundur dikhawatirkan pendaftaran DPM-KM ditutup. Sementara Mawar selaku Ketua DPM-FP, menyatakan  bahwa untuk naik ke jenjang selanjutnya terserah dari kepengurusan DPM mau berproses di mana, dan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan Muswa. Kedua pernyataan ini pun nampak simpang siur.


Meskipun dilakukan secara offline serta menimbulkan berbagai kontroversi, tapi ketum DPM-FPmengakatan, "Alhamdulilah muswa pada tahun ini banyak yang menghadiri."

(Lis,Mil,Muchlisa)


Minggu, 22 November 2020

UU E-Vote Cacat Teknis, BK-FP UTM pun Menolak


Menindaklanjuti disahkannya draft UU E-Vote oleh DPM-KM UTM pada (27/10), BK-FP UTM menolak hasil UU E-Vote tersebut. Mereka menganggap bahwa teknis penyusunan UU E-Vote tidak sesuai prosedur dikarenakan belum melibatkan aspirasi seluruh DPM-F se-UTM dalam penyusunan Draf UU E-Vote.

Penolakan terhadap UU E-Vote ini juga disampaikan Sulton Hakim selaku Gubernur BEM Fakultas Pertanian. Ia mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi dasar penolakan yaitu terkait pelaksanaan dalam proses perumusan yang tidak melibatkan DPM-F se-UTM serta ada beberapa isi yang kontroversial terkait waktu dan manajemen beberapa badan ataupun lembaga yang dilakukan sekaligus secara bertentangan, karena dari internal FP sendiri memiliki hak otonom dan kultur tersendiri misalnya di HMP tidak melalui KPU-M dan di dalam UU E-Vote ini melibatkan KPU-M sebagai hal baru yang tidak bisa diterima, dan pelaksanaan E-Vote dengan menggunakan sistem komputer, hal itu sangat memungkinkan terjadinya peretasan sistem sehingga bisa terjadi kecurangan.

Hingga tersebarnya draft UU E-Vote melalui grup Whatsapp DPM se-UTM yang kemudian ditanggapai dengan “Surat Pernyataan Penolakan” yang dikeluarkan tanggal (15/11) oleh seluruh Ormawa Fakultas Pertanian, belum ada tindak lanjut terkait sosialisasi material dan teknis terhadap UU tersebut dari DPM-KM UTM.

Menindaklanjuti “Surat Pernyataan Sikap Ormawa FP UTM” terhadap UU E-Vote, di hari yang sama (15/11), DPM-FP mengeluarkan surat pemberitahuan yang ditujukan untuk Ketua Umum DPM-KM UTM. Surat tersebut direspon oleh DPM-KM UTM dengan mengundang seluruh BK-FP untuk mengadakan pertemuan pada (20/11) di Rektorat lt.4, ruang 401. Pertemuan ini diadakan untuk menindaklanjuti surat pernyataan sikap BK-FP terkait UU Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Secara E-Vote.

Berdasarkan hasil pertemuan yang dilakukan DPM-KM UTM dengan seluruh BK-FP, Kurdi selaku Ketua Umum mengatakan bahwa DPM-KM UTM siap memberikan pendampingan terkait penolakan UU E-Vote dengan mengadakan yudisial review ke Komisi II.
 “Semisal ada aturan yang secara substansi menjadi problematika atau masalah, maka ajukan yudisial review terhadap yang bersangkutan khususnya Mahkamah Konstitusi Mahasiswa,” pungkasnya.

Klarifikasi dari DPM-KM UTM mengenai teknis pembentukan UU E-Vote ini bahwa sebenarnya DPM-KM UTM telah mengatur pembuatan UU dari lama dan diharapkan, Komisi II agar segera membentuk peraturan yang nantinya dengan pertimbangan oleh pihak-pihak terkait serta dosen yang kompeten di bidangnya.

Kedepan, mengenai aturan pihak-pihak mana saja yang akan dilibatkan dalam perumusan UU akan diserahkan sepenuhnya kepada yang berkuasa setelahnya. DPM-KM hanya memberikan fasilitas yang menjadi jawaban di tengah pandemi sehingga aturan ini perlu diterbitkan untuk keberlanjutan regenarasi universitas, fakultas dan prodi masing-masing.
(Khusnul,Dina)

Senin, 12 Oktober 2020

Terjebak




“Ayah Ibu memang harus banget ya hadir ke nikahannya Om Aldi? Perasaan Indah tidak enak, sebaiknya tidak usah lah ya Yah, Bu,” pinta anak itu dengan wajah hawatir.


“Sayang, itu hanya pearasaanmu saja karena kamu belum pernah kita tinggal, apa lagi sampai seminggu,” jawab Ayah.

“Tapi Yah…”

“Indah…,” potong Ibu. “Om Aldi itu teman dekat Ayah, kalau tidak datang kan tidak enak, sekalian Ayah dan Ibu memanfaatkan kesempatan ini untuk silaturahim dengan teman-teman Ayah yang lain, sudah lama juga kan tidak bertemu,” Ibu melanjutkan.


“Kalau gitu Indah ikut.”

“Indah” sahut Ayah sedikit tegas “Indah kan harus sekolah, kalau Indah ikut nanti tertinggal pelajaran.”


Ayah indah memang lembut dan tegas, dia pun heran kenapa anaknya sedikit ngeyel soal masalah ini.


Susana di meja makan menjadi senyap, Indah tak bisa lagi mengutarakan kehawatirannya jika Ibu dan Ayahnya pergi ke acara pernikahan keluarganya. Dia pun bingung kenapa dia merasa begitu khawatir jika Ayah dan Ibunya pergi.

***


Indah Dwi Retno, itu namaku. Seindah namaku, hidupku juga indah, bisa dikatakan bak di negeri dongeng. Iya, aku putri. Ayah raja dan ibu ratunya. Orang-orang mengenalku sebagai anak yang sangat ceria dan keceriaan itu harus aku bawa dan aku bangun lagi di dunia yang baru.


“Sayang, bagaimana teman-temanmu di sekolah baru?” Dia bertanya sambil mengoleskan selai pada selembar roti.

Dia adalah mamaku, dia sangat baik sama baiknya seperti ibu. Oh aku merindukan ibu.


“Seru Ma, mereka baik-baik, sepertinya aku akan betah disana.”

“Harus betah dong, kan anak pinter,” saut seorang laki-laki yang muncul dari belakang sambil mengusap kepalaku.


Laki-laki yang kumaksud adalah papa, sifatnya persis ayah, tegas tapi lembut. Aku rindu ayah.

***


“Indah, tadi kamu dicari sama Bu Sari, beliau menitipkan buku paket uantuk kamu. Aku letakkan di bangkumu ya.”

“Oh iya, terima kasih.”

Aku belum tahu siapa namanya, yang jelas dia teman sekelasku.


Ini hari kedua aku bersekolah di sini sebagai siswi pindahan, karena papa dipindah tugaskan ke kota ini jadi aku dan mama ikut. Terpaksa aku harus meninggalkan dunia yang sudah aku bangun selama satu tahun lebih dan harus membangunnya kembali di sini.


Di kelas ini aku merasa semua baik, semua nyaman dan semua ceria, kecuali teman sebangkuku. Namanya Intan, meski satu bangku aku belum pernah ngobrol banyak dengan dia, karena kemarin waktu aku ajak dia kenalan dia hanya menjawab satu pertanyaanku, yaitu saat kutanya namanya. Katanya sih dia juga siswi pindahan, hanya saja dia pindah ke sekolah ini satu minggu sebelum aku.


“Intan, kamu sudah sarapan?” Sapaku.

Sekadar sapaan basa-basi sih, tapi dia tetap diam. Sejak kemarin aku tidak pernah melihat dia berbicara, tersenyum bahkan keluar kelas sekalipun selain jam pulang.


“Intan, kamu kenapa? Ada masalah? Kamu boleh kok cerita sama aku, anggap saja aku ini sahabat kamu,” ucapku sambil memengang pundaknya.


Tiba-tiba dia menatapku dan menepis tangaku dari pundaknya.


“Kamu tidak akan paham, tidak akan mengerti dengan apa yang aku rasakan,” ketusnya.


Dia langsung mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan matanya yang bekaca-kaca. Aku rasa dia merasakan kesedihan yang begitu dalam, kukira aku adalah orang yang paling sedih ketika aku harus berpisah dengan ayah dan ibu, dan aku kira tidak ada kesedihan yang lebih daripada itu. Terrnyata dugaanku salah.


“Aku hanya ingin mengajakmu berbagi, karena aku tahu selama satu minggu di sini kamu masih belum mempunyai teman. Tapi jika kamu tidak mau tidak masalah, aku tidak akan memaksa,” ucapku prihatin.


Sebelumnya aku tidak pernah berkata seserius ini, tapi aku paling tidak bisa melihat orang murung. Air matanya mulai mengalir di pipi, refleks aku pun memegang pundaknya, namun lagi-lagi dia menepisnya.


Kelas masih kosong, anak-anak yang datang baru satu dua dan mereka mungkin masih asik di luar kelas. Sudahlah, aku tidak boleh memaksa, mungkin dia masih ingin sendiri dan belum siap bercerita sama siapaun termasuk aku.


“Aku terjebak!”

Aku terkejut! Niatku untuk beranjak dan keluar dari kelas tiba-tiba terurung, Intan berbicara, dia ingin bercerita.


“Sudah satu minggu aku di kota ini, namun aku tidak tahu ini di mana,” dia melanjutkan.

Ucapannya terbata-bata karena dia sambil menangis. Dia tidak mengenal kota ini? Jantungku mulai berdetak dua kali lebih kencang. Memori satu setengah tahun yang lalu berlalu-lalang di pikiranku.


“Minumlah dulu!” Ucapku sambil menyodorkan sebotol air yang aku bawa dari rumah.

“Terima kasih.” 


Setelah minum dia menarik napas dalam-dalam. Aku lihat dia sudah sedikit tenang dan aku masih menunggunya untuk terus bercerita.


“Tepat satu bulan yang lalu pada malam hari ketika aku tidur, aku bermimpi. Aku berada di ruangan yang sangat gelap, tidak bisa melihat apa-apa. Kucoba untuk mencari pintu tapi tidak juga ketemu, hingga akhirnya aku melihat sebuah cahaya di kejauhan, aku berlari dan terus berlari untuk menghampiri titik cahaya itu.”


Dia terdiam sejenak dan aku tetap menunggu.

“Ternyata cahaya itu adalah sebuah pintu yang dibalik pintu itu adalah…”


“Kota ini,” sambungku. “Tanpa berpikir panjang kamu memasuki kota ini dan tiba-tiba kamu terbangun dari tidur mendapatkan semuanya sudah berubah, termasuk orang tuamu,” lanjutku.


“Kamu?” Dia menatapku heran, mata kita saling bertumpu “Bagaimana mungkin kamu tahu itu?” Lanjutnya tetap dengan nada tidak percaya.

“Karena aku mengalaminya jauh sebelum kamu.”


Dia tersentak, mungkin dia masih tidak percaya, tapi ini nyata. Kita sama-sama terjebak di dalam mimpi yang nyata.

Sejak saat itu, Intan mulai terbuka dan mulai banyak bercerita tentang kehidupannya yang dulu, tapi hanya kepadaku.

***


Tanpa mereka sadari, sedari tadi dua orang wanita mengawasi mereka dari pintu.

“Depersonalisasi,” ucap wanita yang berpakaian dokter. “Perasaan seolah-olah hidup dalam mimpi karena mereka belum bisa menerima kepergian kedua orang tua mereka akibat kecelakaan,” lanjutnya berkata.


“Apa itu penyakit berbahaya Dok?” Tanya wanita yang ternyata adalah Kepala Sekolah.


“Ini tergolong penyakit langka Bu, karena hanya sekitar 2% populasi dunia yang mengalaminya, penyakit ini berpotensi besar menyerang anak-anak seusia mereka, kurang lebih 16 tahunan, di mana kondisi emosional mereka masih belum terkontrol,” jawabnya.


“Seberapa parah penyakit mereka Dok?” Tanya Kepala Sekolah lagi.

“Intan dan Indah memiliki karakter yang berbeda. Depersonalisasi pada Indah cenderung lebih kuat dari pada Intan, oleh karena itu Indah tidak menunjukkan bahwa dia mengalami masalah atau gangguan jiwa. Sedangkan intan, dia sangat tidak menerima hal ini oleh karena itu dia selalu menutup dirinya dan bahkan beberapa kali sempat melakukan percobaan bunuh diri.” Ucap dokter dengan gamblang.


“Apakah membuat mereka satu sekolah bahkan satu kelas adalah rencana Dokter?” Tanya Kepala Sekolah penasaran.

“Iya bu, bahkan yang membuat mereka memiliki keluarga angkat adalah rencana saya. Jika mereka berada di panti asuhan, itu akan membuat imajinasi yang mereka bangun berbeda dengan apa yang mereka lihat dan itu akan menimbulkan stres. Indah dan Intan akan saling terbuka karena mereka mengalami hal yang serupa, terutama untuk Intan yang memiliki mental lebih lemah daripada Indah,” ucap dokter mengaku.


“Jika mereka terus bersama, bukankah itu berpotensi bagi mereka untuk terus berada di dalam alam mimpi mereka Dok?”

“Iya, ibu betul. Itu yang masih saya carikan solusinya, karena saat ini yang terpenting menurut saya adalah Intan tidak mengalami stres yang akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi.” 


Sejenak dokter itu menghela napas, 

“Jadi, saya meminta kesediaan Ibu Kepala Sekolah agar membantu saya dan keluarga angkat mereka untuk mengawasi Intan dan Indah ketika di sekolah,” pinta dokter.


“Baik Dok, dengan senang hati,” jawab Ibu Kepala Sekolah.


# Muchlisa


Tentang Rasa

 


Oleh: Abdul Azis


Relatifitas masa kembali menunjukkan tajinya

Di kala sendu membalut keheningan kalbu

Kubuka kembali lembaran usang yang disebut kenangan

Iya, masa itu bahagia bersua dan menari diatas indahnya dunia

Masa berjalan dengan cepat lebih cepat kuadriliun kali dibanding cahaya

Ah, aku tak ingin terlalu halu membayangkan hal yang telah lalu

Kudobrak lamunan dengan kesedihan yang membingungkan

Namun waktu menarik kalbu dalam lubang hitam yang disebut rindu

Apa kabar kamu, yang kini tak lagi pernah bertemu

Sang bayu pun menyelimuti dengan dingin 

Temaram logika bergeliat seakan tak percaya

Aku pun memeluk erat rindu dan kubisikkan, mari berdamai denganku


Minggu, 11 Oktober 2020

Kompetisi Ilmiah HIMAGRI, Momentum Peningkatan Dunia Literasi

 


Pandemi tidak menyurutkan semangat peserta dan panitia untuk menyukseskan acara PIMAGRI (Pekan Ilmiah Himagri) meski kali ini harus dilkasanakan secara virtual. Acara ini menjadi ajang lomba tahunan Himagri yang bertujuan untuk mengasah, dan mengembangkan potensi mahasiswa khususnya di wilayah Provinsi Jawa Timur.


Proses panjang harus dilewati oleh para peserta mulai dari seleksi administratif, pengumpulan abstrak, seleksi full paper hingga tahapan final. Babak final sendiri berlangsung via Zoom pada Rabu (10/11), di mana proses tanya jawab oleh juri dan peserta dilangsungkan setelah penayangan video presentasi yang sebelumnya dikirim oleh peserta. Tahapan penyeleksian sendiri, pihak penyelenggara PIMAGRI menghadirkan juri dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis  UTM.


Tema yang diusung pada PIMAGRI tahun ini adalah "Optimasi Potensi Daerah oleh Generasi Milenial Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs)  di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0".


Lebih lanjut, Qowim selaku Ketua Pelaksana menjabarkan bahwa tema yang diangkat menjadikan PIMAGRI sebagai penggagas atau penggerak mahasiswa dalam pembangunan potensi daerah terutama daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).


"Tema yang diangkat sangat relevan dan bisa dipakai juga untuk mengantisispasi kondisi di masa depan," ujar Umi Purwandari.


Tahun ini, terhitung ada 34 tim yang terdaftar dan mengikuti tahapan seleksi administratif dalam PIMAGRI. Keseluruhan tim tersebut berasal dari berbagai kampus di Jawa Timur yang kemudian diambil 10 tim sebagai finalis. Umi juga mengatakan Dari kualitas tulisan, data, dan video presentasi peserta,  bisa dilihat bahwa banyak dari mereka menghabiskan waktu, tenaga serta perhatian mereka dengan sungguh-sungguh untuk memberikan hasil yang terbaik.


Berdasarkan ketetapan juri, maka terpilihlah 3 tim terbaik yang dinobatkan menjadi juara, antara lain dari tim Purbaya Seno Aji dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sebagai Juara I. Nur Eka Hatiningrum dari Universitas Brawijaya sebagai Juara II serta Zakaria Wildan Fachrezzy dari UPN Veteran Jawa Timur. Yang diumumkan pada Rabu (10/11) jam 20.00 WIB di instagram HIMAGRI.


Ali sebagai penyandang juara 1 pun tak ketinggalan menyampaikan kesannya setelah mengikuti PIMAGRI. Dia mengakui bahwa semua inovasi dari tim lain sangatlah bagus, Ali pun menambahkan bahwa dia bahkan hampir insecure melihat inovasi dari tim lain. “Tapi kami tetap optimis saja dan Gusti Allah pasti memberikan yang terbaik bagi kami baik dalam keadaan menang maupun kalah," Ali menjelaskan.


Beberapa apresiasi pun diungkapkan oleh Umi Purwandari bahwa acara seperti PIMAGRI ini hendaknya harus dilenggengkan sebagai upaya pengukuran kemampuan diri. Menjadi seorang ilmuan tentu harus pandai menulis karya ilmiah, karena dengan itu dapat mengajarkan kita untuk perpikir teratur, realistis dan mandiri. Dan lomba KTI sendiri adalah ajang untuk mengasah dan menambah kemampuan menulis, baik itu didapat dari masukan juri atau dari melihat karya peserta lain. 


“Akan ada perbedaan kematangan ilmu dan komunikasi antara orang-orang yang sering ikut lomba KTI dan yang belum pernah sama sekali,” ujar beliau.

(Mil,Muchlisa)


Jumat, 02 Oktober 2020

Kemarau di Sela Hujan

 

Oleh: Moch Rifiyal Ka’bah

Aku tak berani memandang wajahmu

Meskipun dersik angin mengusik rongga senyummu

Aku tidak ingin menatap bola matamu

Walaupun sinar purnama berpendar menembus retinamu

Biarlah tentangmu tetap menjadi anganku

Peduliku melaui munajat yang senantiasa bersenandung bahagiamu


Biarkan rasaku terbasuh deras hujan hingga jiwaku khalis tanpa kedustaan

Terhanyut menuju mahligai indah disambut meriah batara cinta

Bersinar di antara gugusan asmara di bumantara

Menjadi satu-satunya kisah yang paling mesra di asmaraloka


Engkau juita...

Izinkan aku menjadikanmu maharani di sanubariku 

Basulah kekeringan jiwaku dengan kiranamu

Agar kemarau cintaku kembali tergenang syahdunya rindu


Terlambat

 

Oleh: Moch Rifiyal Ka’bah

Lebam kata dihantam sesal

Memilih sunyi di dalam khayal

Melukai ego yang semakin bengal

Keniscayaan rasa hanyalah bual

Mencoba melawan tanpa spasial

Membangun kembali meskipun berpihak gagal


Minggu, 27 September 2020

Fakultas sedang Ikhtiar, Diharapkan Perkuliahan Lancar meskipun ada Permasalahan



Awal perkuliahan semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 Fakultas Pertanian akan dimulai pada Senin, 28 September 2020. Sistem perkuliahan masih dilakukan daring (online) mengingat pandemi Covid-19 masih belum berakhir. 


Banyak persiapan yang dilakukan sebelum perkuliahan dimulai. Novi selaku Koorprodi Agribisnis mengungkapkan bahwa Prodinya telah melakukan persiapan perkuliahan sejak Agustus dengan merestrukturisasi kurikulum, pembuatan RPS (rencana pembelaaran semester), serta evaluasi pembelajaran dan persiapan Learning Management Study (LMS). Semua itu dilakukan agar mahasiswa dapat merasakan sentuhan yang sama seperti saat sedang berkuliah luring. 


Noviani yang juga seorang mahasiswa baru pun mengaku telah siap mengikuti kuliah daring (online), meskipun masih ada kekhawatiran terkait kendala sinyal di lingkungan tempat tinggalnya. Ia juga kerap khawatir terhadap pelaksanaan perkuliaan apabila penyampain materi kurang efektif dan susah dipahami baik oleh dirinya maupun teman-temannya.


Secara teknis, ketentuan platform pembelajaran daring yang digunakan, oleh pihak rektorium dan fakultas menyarankan agar menggunakan Google Classroom yang bisa dikombinasikan baik dengan Google Meet maupun Zoom Meeting. 


Dalam penggunaannya, platform pembelajaran tersebut masih akan tetap dalam pengawasan karena dalam beberapa kasus, gawai yang digunakan mahasiswa seringkali mengalami eror saat pengoperasian, belum lagi keluhan kuota yang boros akibat penggunaan beberapa platform tersebut. Ini menjadikan banyak kalangan mahasiswa yang mengharapkan kuliah berjalan luring ketimbang daring. 


Belum selesai soal perkuliahan, kali ini ditambah dengan permasalahan praktikum yang dinilai masih cukup membingungkan. 


Terkait pelaksanaan praktikum, nampaknya dari pihak Fakultas belum ada pandangan melihat Wadek I yang belum memberikan keterangan.


“Kalo untuk Prodi Agribisnis praktikumnya tidak seteknis prodi lain. Hanya saja untuk praktikum yang dimuat dari Prodi Agroteknologi, kita sendiri masih bingung mengenai teknis praktikum daringnya. Hal ini berbeda dengan praktikum internal Prodi yang masih bisa dilaksanakan dengan secara daring,” ungkap Novi.


Terlepas dari kelebihan serta kekurangan baik perkuliahan maupun praktikum, baik daring maupun luring, diharapkan pada semester ini hal tersebut bisa berjalan lebih baik, mulai dari teknis pembelajaran serta platform pembelajaran digunakan. Pemerintah serta kampus juga diharapkan untuk terus mendukung pembelajaran dengan memberikan stimulus berupa bantuan kepada pengajar serta peserta didik. 

(Rin,khus,Gus)


Sabtu, 26 September 2020

September dan Segala Tentang Kita

 

Oleh: Dia Ayuni


Sebelumnya aku pernah sebahagia itu

Sampai pada akhirnya kata kita tak lagi ada

Semuanya hilang, secepat itu 

Bahkan catatan kecil untuk hari selanjutnya belum sepenuhnya berjalan

Cerita kita masih di pertiga jalan

Dan belum sampai pada tujuan

Kau tahu, sejauh ini aku paling susah perihal melepaskan

Kau yang sebelumnya kupeluk erat

Kini dengan terpaksa harus kulepas

Hari yang kita lalui sudah sejauh ini

Bahkan sekadar memikirkanmu pergi saja tak pernah terpikirkan sebelumnya

Apalagi harus melepasmu dengan sebenar-benarnya keadaan

Kisah kita terlalu banyak

Dan aku tak kuasa untuk pergi dari sana

Meskipun keadaan memaksamu pergi

Bolehkah aku tetap menggenggam erat kisah ini?

Pelukmu pernah padamkan sedihku

Tanganmu pernah menggenggam erat yakinku

Usapan hangat di kepala pernah redakan emosiku

Dan senyummu pernah membangkitkan jatuhku

Apa aku boleh menjadi alasanmu tersenyum lagi?

Setidaknya kali ini saja

Sebelum semuanya benar-benar selesai

Dan kita kembali sebagai orang asing kembali

Aku bingung harus mempertahankanmu dengan cara apa lagi

Waktu telah merampas semuanya

Sekarang jalan kita sudah berbeda

Kamu telah sampai pada tujuan

Dan disini aku harus berjuang, sendirian

Januari telah berbaik hati mempertemukan aku dengan kamu

Tetapi juli dengan angkuh mengambil semuanya

Dan kini, september memaksaku untuk melepaskan lalu merelakan untuk melupakan

Se-egois itu keadaan

Sudah ya, kisah kita terhenti disini

Setapak yang kita pijak sudah berbeda

Kerikil yang harus kita lalui juga berbeda

Terimakasih pernah bersedia untuk ada

Meski pada akhirnya semesta kembali memisahkan

Selamat bertumbuh

Dengan kisah dan cerita hidup yang tak lagi sama






Senin, 21 September 2020

Secercah Tinta Hitam

 

Oleh: Lisakotul


Kau tidak tahu bagaimana akan terus bertahan

Hanya iming-iming kegelapan

Tak perlu berlutut dan menengadah

Untuk meminta


Dipaksa berpikir untuk kepastian

Masih adakah cahaya dalam gelap? 

Perlahan awan hitam runtuh

Masih adakah jejak itu? 


Kau sembunyi dibalik tiraimu

Bagaimana dengan cerita ini

Apakah masih terlihat terang? 

Atau, apakah memang sudah layu?

Tapak Tilas Pengenalan UKM-F pada MABINWA AT 2020, Efektifkah?

 



Pengenalan UKM-F telah sukses dilakukan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan MABINWA AT pada Minggu (20/9). Terdapat total 6 UKM-F yang dikenalkan antara lain Penalaran, Porgafta, Kesenian Daun, Viper Collaboration, Mardic serta LPM Alipi.

 

Setiap UKM-F dikenalkan secara bergantian yang diawali dengan penayangan video profil kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh perwakilan setiap UKM-F. Seperti rangkaian MABINWA AT lainnya, sesi pengenalan UKM-F juga dilakukan secara virtual dan siaran langsung via Zoom dan You Tube. 


Menurut Laili selaku Ketua Umum UKM-F Kesenian Daun, pengenalan UKM-F secara virtual dirasa merugikan, hal ini disebabkan karena terbatasnya interaksi antara pihak UKM-F dengan mahasiswa baru. "Tidak adanya interaksi dengan mahasiswa baru membuat kita kesulitan untuk menarik massa untuk bergabung dengan UKM-F," imbuh Laili. Menurutnya, mahasiwa baru masih belum paham secara maksimal tentang UKM yang coba ia kenalkan. 


Guna mengatasi hal tersebut, Laili masih mengakali pengenalan UKM-F dengan tetap melakukan promosi secara daring melalui media sosial diantaranya Instagram, Whatsapp serta dari mulut ke mulut dengan memanfaatkan SDM yang ada. 


Pengenalan UKM-F secara virtual dirasa tidak sejalan dengan tema yang diusung pada MABINWA AT 2020 yang salah satu output-nya ialah membentuk mahasiswa baru menjadi insan yang organisatoris. 

"Sebernanya masih belum cukup mengerti, apalagi tadi putus-putus suaranya karena gangguan sinyal," ungkap Mimin, mahasiswa baru Prodi Teknologi Industri Pertanian. 


Di sisi lain, Ferdi sebagai mahasiswa baru Prodi Teknologi Industri Pertanian juga memberikan pendapatnya tentang pengenalan UKM-F secara virtual. "Saya merasa cukup jelas dan tertarik, hanya saja keluhan terdapat pada aplikasi Zoom yang sering trouble. Saya juga merasa lebih tahu tentang beberapa UKM-F yang ada di Fakultas Pertanian dengan melihat beberapa cuplikan video profil yang ditampilkan."

(Evi, Dian,Lisakotul)

Minggu, 20 September 2020

Jajak Pendapat Pelaksanaan MABINWA AT Virtual 2020



MABINWA AT telah usai dilaksanakan dalam tiga hari, dimulai sejak hari Kamis (18/9) hingga Minggu (20/9) via Zoom.

Pelaksanaan MABINWA AT 2020 secara virtual kali ini, dinilai memberikan banyak evaluasi baik bagi panitia maupun mahasiswa baru.


“Minimnya sarana prasarana membuat pelaksanaan MABINWA AT berlangsung ala kadarnya. Konsep acaranya sendiri dianggap masih belum matang, belum lagi melihat tim IT yang hampir kewalahan karena mengalami berbagai kesulitan secara teknis. Hal ini sangat wajar, mengingat baru kali ini terdapat tim IT dalam kepanitian MABINWA AT,” ungkap Sulton Hakim, Gubernur BEM Fakultas Pertanian. 


Melanjutkan pernyataan sebelumnya, Sulton menjelaskan bahwa di tengah banyaknya kesulitan itu, setidaknya tujuan dari MABINWA AT sebagai ajang pengenalan Fakultas Pertanian kurang lebih sudah tercapai. Pengenalan tersebut antara lain dilakukan dengan memberikan penugasan kepada mahasiswa baru berupa peembuatan resume untuk setiap pertemuan. 


Febi selaku mahasiswa baru Prodi Agroteknologi, mengatakan bahwa dirinya telah mendapat informasi tentang Fakultas Pertanian melalui akun profil Youtube maupun Instagram, dan informasi tersebut menjadi lebih utuh saat acara berlangsung karena dilengkapi dengan pengenalan dosen serta Dekan. "Ospeknya seru dan berkesan, tetapi ada yang kurang karena tidak bisa bertemu dengan teman teman dan kakak panitia secara langsung," Febi menambahkan. 


Selain itu, Nabila sebagai mahasiswa baru Prodi Agribisnis mengatakan bahwa Ospek daring memanglah tidak seru tetapi dengan mempertimbangkan kondisi yang ada, hal tersebut menjadi pilihan yang paling prospektif.


Secara umum, mahasiswa baru cukup antusias dalam mengikuti rentetan acara MABINWA AT virtual, di samping juga masih ada beberapa dari mahasiwa baru yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan. 


"Semoga apa yang telah kami berikan selaku panitia bisa berbuah manis untuk adik-adik semua. Semoga adik-adik bisa lebih menjaga sopan santun, kritis, dan mengejar (nilai) akademik secara maksimal," pesan Andreas selaku ketua pelaksana MABINWA AT.

(Evi,Dian,Lisakotul)

Jumat, 18 September 2020

Pembukaan Mabinwa AT 2020




Pengenalan mahasiswa baru adalah hal yang tidak dapat ditunda, sehingga bagaimanapun kondisinya harus tetap dilaksanakan” - Slamet Subari. 


Jumat (18/9) merupakan hari bersejarah di mana Masa Pembinaan Mahasiswa Agriculture Training (Mabinwa AT) 2020 untuk kali pertama dilaksanakan secara virtual. Acara dimulai pada pukul 07.40 WIB dan dibuka secara resmi dengan pemakaian caping serta pemotongan tumpeng oleh Slamet Subari, Dekan Fakultas Pertanian. 


Selain Dekan, acara pembukaan juga dihadiri langsung oleh jajaran dekanat, seluruh kepala jurusan, koordinator prodi serta 552 total mahasiswa baru Fakultas Pertanian secara daring.


Tema yang diusung pada Mabinwa AT kali ini yaitu “Membangun karakter mahasiswa Fakultas Pertanian yang loyal, akademis dan berdaya cipta sebagai pilar pembangunan pertanian, kelautan, dan perikanan yang berasaskan kekeluargaan”. 


Acara dilakukan melalui aplikasi zoom serta di siarkan langsung via youtube. Selain itu di akhir kegiatan, ketua pelaksana membacakan penugasan yang nantinya akan di kumpulkan melalui google clasroom dan sekaligus sebagai tempat presensi. Mahasiswa baru bisa juga memanfaatkan whatsapp group kelompok untuk memperjelas terkait penugasan dan bisa menanyakan langsung ke masing-masing LI.


"Selamat datang mahasiswa baru, selamat bergabung, tetap optimis dan semangat semoga empat tahun perjalanan dapat dilalui dengan lancar dan bisa mengantarkan anda sekalian menjadi sarjana pertanian yang kompetitif," sambut Slamet Subari. Dalam sambutan yang sama, beliau juga berpesan agar mahasiswa baru tetap semangat, tidak berkecil hati, dan selalu berdoa ssemoga pandemi segera berakhir dengan harapan agar bisa menjalankan perkuliahan secara luring paling tidak awal Januari 2021.  


"Pembelajaran secara virtual sudah menjadi gaya hidup baru di era digital, saya berharap mahasiswa baru tetap produktif, kreatif, mandiri, inovatif serta mampu beradaptasi dengan era digital" ungkap Sulton Hakim, Gubernur BEM Fakultas Pertanian dalam kesempatan lain.


Menurut Andreas selaku Ketua Pelaksana Mabinwa AT 2020, persiapan panitia tentu masih mendapat beberapa kendala serta keterbatasan dan panitia sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi hambatan tersebut. 


Melalui Mabinwa AT, mahasiswa baru diharapkan dapat merealisasikan trifungsi dan tridarma perguruan tinggi, menjunjung tinggi kekeluargaan serta menjadi insan yang organisatoris serta militan. “Sebenarnya hasil yang diinginkan dalam Mabinwa AT tidak mungkin dapat selesai hanya dengan acara yang dilakukan selama 4 hari. Hal ini karena pengkaderan mahasiswa baru hanya akan mampu diwujudkan secara utuh oleh diri mereka sendiri. Di sini panitia hanya akan mengarahkan saja, bukan membentuk,” Sulton Hakim melengkapi.

(Evi,Dian)

Senin, 14 September 2020

Susunan Kepengurusan Alipi 2020/2021

 


TIM REDAKSI

PERS MAHASISWA ALIPI
TAHUN 2020/2021



Pimpinan Umum
Raihul Ashari

Pimpinan Redaksi
Milinda Agustiyana

Sekretaris Umum
Lindawati

Wakil Sekretaris Umum
Khusnul Rahma S

Bendahara Umum
Dian Retno Asih

Wakil Bendahara Umum
Khairotul Muchlisa

Penelitian dan Pengembangan
Agus Budi Santoso
Lisakotul Amaniyah
Evi Dwi P

Editor
M. Alif Dzulfikar


Reporter
Gunawan Dwi S
M Alif Dzulfikar

Layouter
Dhavid Setiyobudi
Wildan Nur Y
Siti Erina


Infokom
Nurul Kholifah
Dewi Nurmawati
Dina Yuniar P

KODE ETIK
PERHIMPUNAN PERS MAHASISWA INDONESIA (PPMI)
  1. Pers mahasiswa mengutamakan idealisme.
  2. Mengutamakan netralitas, independensi dan etika jurnalistik.
  3. Pers mahasiswa menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
  4. Pers mahasiswa pro aktif dalam usaha mencerdaskan bangsa.
  5. Pers mahasiswa dengan penuh rasa tanggung jawab menghormati, memenuhi dan menjunjung tinggi hak rakyat untuk memperoleh informasi yang benar dan jelas.
  6. Pers mahasiswa harus menghindari pemberitaan diskriminasi yang berbau sara.
  7. Pers mahasiswa wajib menghargai dan melindungi hak narasumber yang tidak mau disebut nama dan identitasnya.
  8. Pers mahasiswa menghargai of the rocord tergadap korban kesusilaan dan atau pelaku kejahatan/tindak pidana dibawah umur.
  9. Pers mahasiswa dengan jelas dan jujur menyebut sumber ketika menggunakan berita atau tulisan dari suatu penerbitan, repro gambar/ilustrasi, foto dan atau karya orang lain.
  10. Pers mahasiswa senatiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan harus objektif serta profesional dalam pemberitaan dan menghindari penafsiran dan kesimpulan yang menyesatkan.
  11. Pers mahasiswa tidak boleh menerima segala macam bentuk suap, menyiarkan atau mempublikasikan informasi serta tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi dan golongan.
  12. Pers mahasiswa wajib memperhatikan dan menindak lanjuti proses, hak jawab, somasi, gugatan, dan atau keberatan-keberatan lain dari informasi yang dipublikasikan berupa pernyataan tertulis atau ralat.

Minggu, 06 September 2020

Majalah Alipi Edisi 03

 Launching Majalah Alipi Edisi O3

"Fenomena Sosial Petani Madura di Era 5.0"

Link bisa didownload disini: 

http://bit.ly/MajalahALIPIEdisi03

Rabu, 26 Agustus 2020

Pengukuhan Guru Besar Ilmu pangan

 


Universitas Trunojoyo Madura melangsungkan pengukuhan guru besar yaitu Umi Purwandari selaku Dosen Prodi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian. Pengukuhan tersebut dilaksanakan pada Rabu (26/08) di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura.


Berlangsungnya pengukuhan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 147134/MPK/KP/2019 tentang “Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen Mendikbud.”


Pada acara yang dibuka oleh Ketua Senat tersebut, Umi Purwandari memberikan orasi ilmiah dengan tema Peran Pangan Tradisional dalam Ketahanan Pangan, Teknologi, dan Nasionalisme. “Dalam hal ini, kontribusi ilmu pangan adalah mengidentifikasi bahan-bahan pangan yang tersedia atau berpotensi disediakan di suatu wilayah, dan menyediakan bahan makanan bergizi yang murah dan mudah,” jelasnya.


Bagi Umi Purwandari, proses administrasi menjadi kendala tersendiri dikarenakan kelewat rumit.  Beberapa dalam penyusunan dokumen dibantu oleh mahasiswa  yang menurutnya memang butuh ketelitian.


Terhadap isu ketahanan pangan, beliau sendiri berharap agar mahasiswa dapat mensejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan bahan lokal. “Mereka juga harus berani bersikap dan punya wawasan politik yang baik. Menjadi mahasiswa pertanian tidak berarti buta politik, mereka harus tahu politik yang berkaitan dengan pertanian,” tambahnya.
(Raihul)

Minggu, 16 Agustus 2020

Dewasa Negeriku

 


                            Oleh:Raihul 


75 tahun telah merdeka 

Merdeka atas nama penjajahan 

Merdeka dengan sebuah perjuangan 

Merdeka dengan rasa persatuan 


75 tahun sudah usia ini

Konflik sosial masih sering terjadi

Konflik sengketa lahan untuk industri

Mengusir ikan dengan cara reklamasi 


Kaum buruh ditindas dengan leluasa

Mengambil alih hanya untuk kepentingan semata

Mereka hanya bisa berdoa kepada Sang Pencipta

Dan konglomerat tetap akan berdansa


Wahai Indonesia

Praktik korupsi masih merajalela

Belenggu kemiskinan masih mendera 

Kejujuran adalah yang paling utama


Sungguh kaya negeri ini

Namun tak semua bisa menikmati

Dikuasai kaum elit dan petinggi

Rakyat kecil hanya bisa menggigit jari


75 tahun merdeka 

Berdiri atas nama Indonesa

Dewasa negeriku

Maju Indonesiaku


Jumat, 31 Juli 2020

Majalah Aktualita Liputan Pertanian Edisi 03

[Majalah ‼️]


~Fenomena Sosial Petani Madura di Era 5.0~


Telah terbit majalah Aktualita Liputan Pertanian Edisi 03 Agustus 2020."Fenomena Sosial Petani Madura di Era 5.0" 


Baca selengkapnya

Disini

atau unduh 

Disini




Salam pers‼️Kami bangga menjadi jurnalis mahasiswa‼️


Rabu, 29 Juli 2020

Covid-19 Jatim Ingin Reda, Aparat dan Masyarakat Kemana?


Pada penghujung pekan ini, Jawa timur menduduki posisi teratas sebagai provinsi dengan pasien terpapar Covid-19 terbanyak. Melihat data Dinas Kesehatan Jatim, saat ini total pasien positif Covid-19 sudah mencapai 21.125 orang. Angka tersebut kini sudah menyentuh ambang batas maksimum daya muat rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Surabaya, Arief Bakhtiar yang mengatakan bahwa sejumlah rumah sakit di Surabaya bahkan kini mengaku tidak sanggup lagi menampung lonjakan pasien Covid-19.

Berbagai upaya pun dilakukan Pemerintah Provinsi (pemprov) Jatim termasuk oleh Gubernur Jatim, Walikota Surabaya, kalangan tenaga medis dan aparat, serta berbagai pihak terkait agar laju penularan Covid-19 menurun. Namun nyatanya pemprov Jatim dinilai lambat dalam menangani kasus Covid-19. Hal ini jelas terlihat dari respon masyarakatnya yang masih menganggap pandemi ini sebagai suatu hal yang biasa saja sehingga terus terjadi kenaikan kasus positif Covid-19.

Dimuat liputan6.com (17/7) Walikota Surabaya Risma sempat menuturkan bahwa meningkatnya kasus Covid-19 di Jatim diakibatkan banyaknya masyarakat yang belum menerapkan disiplin protokol kesehatan. Risma bahkan sempat turun langsung memasuki perkampungan padat penduduk di Surabaya dan nyatanya masih banyak warung yang tetap buka dan pedagang yang tidak mengenakan masker. Sangat miris melihat kondisi tersebut bahkan di saat himbauan sudah seringkali digaungkan. Dalam fenomena semacam ini, setidaknya penjual dan pembeli sangat beresiko tertular dan menulari karena adanya interaksi secara langsung.

Seperti biasa,melihat respon Risma yang acap kali emosional, ini menunjukkan bahwa penegakan aturan dan sanksi, khususnya di Surabaya memang belum dilakukan secara serius. Pertanyaannya, lantas kemanakah peran pihak berwajib? Terlihat jelas lemahnya peran aparat terhadap masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan.

Selain aparat, kesadaran masyarakat yang masih rendah juga ikut andil dalam meningkatkan laju penularan Covid-19. Hal ini dibuktikan dari hasil rekaman google mobility di tiga daerah pusat penularan Covid-19 Jatim seperti Surabaya, Gresik dan Sidoarjo yang menunjukkan masih banyaknya masyarakat beraktivitas di luar ruangan. Melihat fenomena ini, tidak heran jika laju penularan Covid-19 di Jatim kian melonjak, terlebih ada pelintiran bahwa Covid-19 sebenarnya hanya dibuat-buat.

Hal ini dikutip dari detik.com (11/5) "Izinkan dalam kesempatan ini Covid saya tinggalkan dulu. Bagi saya, Covid ini adalah opini yang dibangun oleh sebuah paradigma." Melihat kutipan tersebut, jelas bahwa setidaknya ada diantara masyarakat yang menganggap Covid-19 ini tidak lebih hanyalah sebagai opini. Terlebih pernyataan ini diduga kuat diucapkan oleh Sekda Bondowoso, dimana yang seharusnya menjadi iktibar dan bisa berfikir logis dalam menyikapi kondisi saat ini justru memberikan pernyataan yang kurang masuk akal. Jika hal seperti ini terus berlarut, maka bukan tidak mungkin provinsi Jatim kemudian bisa menjadi episentrum baru penyebaran Covid-19 bahkan di tingkat Asia Tenggara.

Menuai banyaknya persepsi liar masyarakat terkait Covid-19, berpengaruh terhadap percepatan pemutusan rantai penyebaran virus. Semakin banyak masyarakat yang menganggap remeh Covid-19, maka akan semakin kecil kemungkinan putusnya rantai penyebaran Covid-19. Rasa biasa saja dan remeh tersebut memiliki kaitan erat dengan minimnya pengetahuan masyarakat terkait Covid-19. Hal ini menjadikan perlu dilakukannya sosialisasi masif tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya menjaga kesehatan diri. Aturan yang jelas dan sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan perlu ditegaskan kembali dengan harapan agar kasus penularan bisa segera menurun.

Oleh :Milinda Agustiyana

Senin, 29 Juni 2020

New Normal di Indonesia, Efektifkah?



Pada senin (8/6) lalu, Negara Indonesia secara resmi telah menerapkan kebijakan new normal bahkan saat kurva penularan masih terus melambung tinggi. Kebijakan new normal menuai pro dan kontra oleh sejumlah pihak. Dilansir Kompas (26/05), bahwa new normal pada akhirnya menjadi kondisi yang harus dihadapi masyarakat agar dapat hidup berdampingan dengan ancaman virus. Presiden Jokowi menyebut “Sudah saatnya masyarakat dapat hidup berdampingan dengan Covid-19”. Artinya, sembari menunggu hingga ditemukannya vaksin yang efektif kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan”.

Pada awal pandemi, banyak di antara masyarakat yang mengabaikan bahaya virus ini. Lantas di saat angka kematian mulai meninggi, mereka cenderung panik dan khawatir hingga menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Banyak di antara mereka bahkan mulai melakukan berbagai hal gegabah seperti pemborongan besar-besaran bahan makanan, alat medis seperti masker sampai hand sanitizer.

Upaya untuk mengatasi penyebaran Covid-19 ini di antaranya dengan mulai memberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa wilayah. Dalam pelaksanaannya, banyak kegiatan masyarakat yang dibatasi, misalnya dengan cara menutup tempat umum seperti perkantoran, mall, pasar tradisional dan sekolah dengan tujuan agar rantai penularan virus ini dapat segera terputus. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk selalu melanggengkan gerakan stay at home. Protokol kesehatan pun menjadi suatu hal yang wajib dan kini sudah menjadi hal yang nampak familier seperti menerapkan phisycal distancing, selalu mengenakan masker, rutin mencuci tangan, dilarang menyentuh wajah serta membiasakan diri untuk menerapkan etika batuk dan bersin.

Belum puas dengan kebijakan PSBB, menjadikan kebijakan ini menuai banyak kecaman. Bagaimana tidak, sebab diberlakukannya PSBB oleh pemerintah, saat ini sekian pekerja menjadi korban PHK, banyak pelajar mengeluh dengan sistem pembelajaran daring, serta yang paling parah sekian sektor usaha kini mengalami kemerosotan hebat. Fenomena ini tentu menyebabkan kebobrokan finansial berbagai pihak.

Saat ini pemerintah tengah mematangkan strategi baru dalam rangka menurunkan laju penularan Covid-19 sekaligus memulihkan perekonomian masyarakat. New normal merupakan formula baru yang diinisiasi oleh pemerintah. Hendak diberlakukannya kebijakan new normal sendiri mengharuskan seluruh lapisan masyarakat, setidaknya mengenal atau bahkan memahami isi dari kebijakan tersebut sehingga diharapkan, masyarakat pada akhirnya mampu berdapatasi dan hidup berdampingan bersama Covid-19 ini.

Banyak kalangan yang menyambut new normal ini dengan suka cita. Bahkan banyak juga yang beranggapan bahwa kita akan segera terbebas dari pendemi ini sehingga masyarakat bisa lagi berbelanja ke mall, pergi bekerja di kantor serta bisa kembali belajar di sekolah. Semua itu tentu harus dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dengan diberlakukannya new normal diharapkan menjadi solusi di tengah pandemi Covid-19 ini.

Dimuat di laman Kompas (29/05) bahwa Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai rencana penerapan new normal atau kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19 akan membingungkan kelompok buruh. KSPI berpendapat, “Istilah new normal bisa membingungkan para buruh dan masyarakat kecil di Indonesia. Sebab jika diberi sedikit kelonggaran, yang terjadi di masyarakat justru akan semakin banyak yang dikerjakan," ujar Presiden KSPI Said Iqbal.

Kebijakan sebenarnya tampak dibuat terburu-buru, bahkan saat peningkatan penyebaran Covid-19 masih tinggi di berbagai daerah. Alangkah baiknya pemerintah mengkaji ulang tentang penerapan kebijakan ini. Keadaan new normal ini tentunya juga akan berdampak pada para pekerja, terutama yang berusia di bawah 45 tahun karena diharuskan untuk kembali beraktivitas di kantor.


Oleh : Dewi Nurmawati

Jumat, 26 Juni 2020

Berjuang Kala Hujan



Awan berkerumunan di angkasa
Menutupi indahnya senja
Tetesan air berjatuhan
Dihiasi kilatan cahaya

Dedaunan bergoyang
Mengikuti desahan angin
Langkahku terdiam
Saat angin terus menerjang

Mereka yang kebingungan
Menelusuri jalan
Mencari tempat berteduh
Hingga basah kuyup

Mereka terus berjuang
Untuk mendapatkan sesuap nasi
Dimana tak hanya bisa berpangku tangan
Inilah kehidupan, semoga mereka selalu bahagia
(Wildan)

Meratap Asa


Dibalik hijaunya bentangan sawah
Seberkas gedung tinggi menjulang
Lalu, sepasang camar berlari liar
Menembus kabut tipis di pancaran mentari

Kakiku yang mulai berlari
Menepi di jalanan yang sunyi
Sejenak kucoba berhenti
Melihat, menatap, merenungi ..

Seniman merangkai karya nan elok
Musisi merangkai irama beralun bunyi
Petani bergelut dengan sawah
Ditemani terik mentari

Tapi kini semua sepi, habis oleh pandemi
Aku rindu.. Amat rindu..
Siang malam dalam dekap Ilahi
Mengharap berlalunya pandemi
(Linda)


Jumat, 05 Juni 2020

Alih Konsep Proker Ormawa FP Menuai Permasalahan





Covid-19 mengakibatkan Program Kerja (Proker) Ormawa harus dilakukan secara online. Hal tersebut memicu perombakan anggaran dana.

"Tidak ada karakteristik tertentu untuk proker yang awalnya offline lalu diubah menjadi online. Itu tergantung dari kitanya saja, kalau kita mampu berpikir, responsif terhadap keadaan, dan punya kreativitas, insyaAllah bukan masalah lagi hal-hal seperti ini." Ujar Dzikrul, ketum HIMATIPA 2019. Hal tersebut sama persis dengan yang dikatakan Sofi bendum BEM FP bahwa keadaan ini menguji kreativitas kita dan juga kepekaan kita terhadap perubahan situasi di masa pandemi.

Dzikrul juga memaparkan bahwa proker di HIMATIPA disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa TIP. Maka waktu raker penyusunan proker mengedepankan aspek berkemanfaatan dan fleksibilitas. Jadi jika proker sudah bersifat fleksibel, mau diubah bagaimanapun tetap bisa. Terutama perubahan konsep dari offline menjadi online.


Perubahan Konsep proker yang saat ini dilakukan secara online membuat Ormawa kebingungan dalam mengatur pengeluaran anggaran. Seperti halnya anggaran konsumsi dan transportasi yang tentunya tidak digunakan. Sofi mengatakan bahwa tidak ada karakteristik tertentu untuk proker online agar disetujui dalam penggunaan dana DIPA, jadi sesuaikan POK saja.

"Jadi proker akan disetujui jika ada bukti dan sesuai POK. Sedangkan untuk konsumsi yaa terserah mau diapain yang penting berbentuk konsumsi dan tidak harus seperti biasanya." paparnya.


Pencairan dana DIPA tetap sama seperti biasanya, sesuai alur, yaitu proposal diajukan ke DPM FP (Komisi II) lalu ke Gubernur BEM FP lalu ke Wakil Dekan III FP dan terakhir ke administrasi FP.

Dana DIPA yang dialokasikan untuk proker Ormawa sampai saat ini tak kunjung cair. Perihal atas keterlambatan dana cair mengakibatkan kendala bagi Ormawa dalam menjalankan proker online. Sementara Sofi mengatakan bahwa Dana DIPA masih akan cair di bulan September mendatang.

"Semua ketum ormawa sudah tau kalau dana DIPA akan cair bulan september mendatang." kata Sofi.


Pernyataan Sofi tidak selaras dengan pernyataan Insafitri sebagai Wadek II yang mengakatakan masih belum tahu kapan dana DIPA akan dicairkan.

"Saya tidak tahu dana DIPA dicairkan September itu info dari mana," ungkap Insafitri.

Insafitri juga mengatakan bahwa dari pemerintah ada pengurangan dana dengan alasan penanggulangan Covid-19. Fakultas pertanian sudah melakukan evaluasi, jadi kegiatan yang tidak bisa dilakukan pada masa pandemi dihapus, seperti dana delegasi mahasiswa di luar pulau jawa.

Ada kesimpang siuran antara bendum BEM FP yang mengatakan bahwa dana akan cair di bulan september mendatang dengan Insafitri sebagai Wadek II yang mengatakan belum tahu kapan dana akan cair.

"Segala informasi yg memang seharusnya disampaikan kepada ormawa, harapan saya benar-benar disampaikan secara terbuka. Karena hal-hal yg tidak disampaikan terbuka akan menjadi sumber kekacauan. Terlebih disaat seperti ini, tidak adanya informasi yg jelas terkait dana dipa. Yaaa mohonlah pihak yang berwenang itu memberikan informasi secara jelas terkait hal tersebut." jawaban Dzikrul ketika ditanya harapan kedepannya mengenai manajemen fakultas, spesifiknya perihal dana ormawa.

Segala bentuk upaya terkait Kejelasan Dana DIPA masih ditunggu oleh pihak Ormawa. Diharapkan pihak yang berwenang dapat segera memberikan kejelasan perihal dana DIPA tersebut, terutama kapan waktu pencairannya.
(Muhlisa,Dewi)

Minggu, 24 Mei 2020

Teman Suramadu


Sebelum Suramadu selesai, sekitar pertengahan Juni 2007, Mbah Katiman datang kepada para kuli bangunan, juru taksir dan tukang gambar. Lalu meminta mereka untuk menggeser Suramadu sedikit ke Barat di bagian Madura. Karena mereka bandel, Mbah Katiman menjadi bulan-bulanan lelucon, dan sebelum kering mereka tertawa, Mbah Katiman terbahak-bahak, bahkan lebih kencang dari mereka semua. Mungkin ini yang menyebabkan panjang Suramadu menjadi 5,438 meter; mungkin dulunya ada yang menginginkan panjangnya 5,432 meter, angka cantik.

Suatu malam, sebuah benang dari lintingan tembakau dengan serat pelepah pisang disimpulkan ke paku bumi Suramadu oleh Mbah Katiman. Ia menarik Suramadu sedikit ke Barat. "Nah, tepat! Kalau begini kepalanya tepat menghadap kiblat," gumam Mbah Katiman.

***

Aku pernah satu kali menceritakan kisah Mbah Katiman kepada temanku di lereng Merapi.

"Setelah itu Mbah Katiman tak pernah kelihatan," kataku.

"Memang sejak dulu kelakuannya begitu."

"Apa maunya?"

"Dia tak punya kemauan. Dia tidak menuruti dirinya sendiri," lalu temanku pergi. Dan kudapati diriku di kamar kontrakan.

Sungguh, menjadi orang yang tidak normal sangat memilukan. Tubuhku seperti kapas yang melambung-lambung diterpa angin. Sebentar-sebentar ada di sana, kemudian ke sini ke situ. Terkadang aku berjalan dan tiba-tiba ada di kutub Utara bersama pinguin. Lalu saat meloncat aku sampai di benua Eropa dan tersesat. Kepalaku pernah terbentur meja Pak SBY, tepat saat rapat kabinet berlangsung. Semua kejadian itu berakhir sama: kudapati diriku di kamar kontrakan. Maka ketidakpastian menjadi warna-warni, semacam lagu kehidupanku.

Di suatu malam di pinggiran Suramadu bagian Surabaya, kulihat potret para pemuda  melampiaskan lelah. Ada yang hilang lelahnya dengan melakukan hal yang romantis, manja, nakal bahkan centil; juga pedagang kopi yang lelah menjajakan kopi semalam suntuk, sekaligus bingung bagaimana Tuhan mengganjar manfaat dagangannya.

Lalu, tiga kali malam purnama setelahnya, aku duduk di pinggiran Suramadu, di bagian Madura. Bergerombol muda-mudi bersuara layaknya orkestra. Diantara suara mereka, kupilih sebuah mulut dan kuperhatikan.

"Dingin banget, ya," kata mulut itu.

Beberapa mulut menambahkan, ia berbunyi: "Anginnya sangat kencang,"

Aku terus memandangi mereka sambil mengelap keringat. Bagaimana mungkin mereka kedinginan, sementara aku kepanasan? Ah, aku benci melihat mereka saling berdesakan: ada yang kurangajar merusak semak-semak, menyirami tembok yang tak ada gunanya, bermain tindih-menindih, hingga tebak-menebak tempat-tempat berlubang. Dalam siluet, mereka terlihat seperti pertandingan gulat. Hanya saja pukulan maupun tendangan seolah tidak pernah ditangkis, melainkan pasrah diterima begitu saja. Tempat gelap memang terkadang menunjukkan sesuatu yang tidak sesungguhnya.

Lama termenung dengan kesal, aku melangkah menuju bibir pantai. Kubasuh muka dengan air laut yang keruh.

Gerombolan ikan mas koi, ikan lele, ikan wader dan ikan air tawar lainnya berdatangan. Satu ekor di antara mereka yang paling besar, kira-kira seukuran anak gendut usia dua tahun, terlihat memimpin gerombolan ikan itu.

"Apa kalian makan garam?" celetukku memandang yang paling besar.

"Apa menurutmu semua air laut asin selamanya?" ia menjawab dengan pertanyaan.

"Mybe," jawabku, sambil turun masuk ke air. Ikan-ikan kecil yang terlihat kampungan mencomoti kakiku, barangkali memakan kulit ari, tapi terasa seperti sedang mencabuti bulu kaki.

Kutanyakan pada yang besar, apa tujuannya? Katanya, mereka datang diutus Mbah Katiman.

"Kau harus ikut denganku!" sergahku.

"Kau harus ikut dengan kami, setelah itu kami ikuti maumu," jawabnya.

Kakiku sudah bersisik. Rupanya, ikan-ikan kampungan di kakiku mencopoti sisik mereka dan memasangkan padaku. Setelah habis sisiknya, mereka berubah menjadi anakan ikan lele. Kutenggelamkan tubuhku, ikan besar memasangkan sisiknya hingga aku benar-benar menjadi ikan seutuhnya. Lalu kami berenang menuju selat.

Sampai di tengah selat, sebuah tangga berdiri di atas air, ujungnya merobek langit yang dipinggiran robekan itu petir menggelegar. Kami berubah wujud menjadi tapir lalu meloncat-loncat menaiki tangga dengan gembiranya.

Di atas langit, kami bertemu Mbah Katiman sedang bermain kelereng sendirian. Aku merasa sepuluh tahun lebih tua darinya.

Aku menyapa Mbah Katiman. Ia menjawab sambil tetap memainkan kelereng.

"Bumi tetap berputar dan bisa berbalik putarannya. Di sini putarannya berlawanan dengan bumi," kata Mbah Katiman.

"Apakah jika aku terbahak-bahak kau akan terbahak-bahak juga?" celetukku. Mbah Katiman melempar kelerengnya menuju robekan langit itu. Kelerengnya jatuh dan petir bersambaran. Batinku, bumi hujan sebentar lagi.

Perihal bumi ini yang hanya berisi lelucun, candaan, dan permainan. Yang hari ini pagi, kata Mbah Katiman, besok pagi lagi, meskipun berbeda dari sebelumnya; yang hari ini muda, besok tua; yang hari ini kenyang, empat atau lima jam mendatang akan lapar. Manusia mendambakan yang tidak kekal. Bahkan dibandingkan nurani, mayoritas manusia menyondongkan diri pada akal-pikiran.

Mbah Katiman lalu bercerita perihal Ir Soekarno yang pernah memberikan amanah kepada pohon ketapang. Beliau menyampaikan keinginan di masa yang akan datang. Kata beliau, kelak anak-anakku akan menyambungkan pulau-pulau di seluruh Indonesia.

"Lantas?" tanyaku.

Yang menjadi masalah adalah pohon ketapang melupakan satu hal. Dan setelah ia ingat hal itu, Izrail menutup hidupnya.

"Lantas?" tanya Mbah Katiman.

"Maksudnya, Mbah?"

"Apa kau mengetahui sesuatu?"

"Tugasku bukan untuk mencari tahu apa yang tidak sampean ketahui, Mbah!"

Mbah Katiman menunduk. Matanya yang tajam memandangi Suramadu jengkal demi jengkal: dari ujung selatan hingga ujung utara. Kemudian ia menunjuk bagian tengah Suramadu dan berkata: "Jembatan itu akan menjadi kuburan bagi siapa saja yang berniat buruk, dan menjadi wasilah keberkahan bagi siapa saja yang berniat baik,"

Sampaikanlah pada orang-orang, Suramadu itu mahluk hidup. Jangan sampai ia ngambek, atau ikan-ikan dan apa saja yang ada di sekitarnya melaknat mereka.

Lalu Mbah Katiman mendekat. Ia memegangi tubuhku dan melemparku sejadi-jadinya dari langit ke dasar laut. Kurasai tulang-belulangku remuk. Bebatuan, karang, dan ranting-ranting merobek kulit sekujur, lalu tubuhku menyembul ke permukaan pantai berkat dorongan ikan-ikan dan ombak yang berpesta. Tubuhku seperti pelampung yang terombang-ambing hingga tersangkut sampah di pinggir pantai. Berkerumun orang-orang melihatku. Segerombol orang dengan baju warna oren mengangkat dan memasukkan tubuhku ke dalam bag plastik besar.

"Pemuda yang tiga bulan lalu hilang baru saja ditemukan," kata semoncong mulut. Lalu pergi bersama gerombolan orang berbaju oren, yang menenteng sebungkus plastik itu.

Aku duduk di bawah Suramadu, di atas air yang sedang bergelombang. Segerombol ikan datang.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Mencarikan teman untukmu," jawab mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
(Em Ruddy)

Senin, 27 April 2020

Prangkap Dunia


Tuhan
Aku ingin menangis
Karna hilang rasa optimis
Layaknya manusia yang tak ada guna dan apatis

Semesta terkadang lucu
Dunia ini manusia saling memangsa
Berbincang dengan aksioma yang berbeda
Terkadang mempunyai dua muka

Aku tak tahu Tuhan yang mana
Apakah selembar kertas  dan logam
Ataukah manusia berbalut jas hitam
Semulia itukah dunia?

Lihatlah
Para anak jalanan tidur dibawah kolong jembatan
Entah apa yang mereka makan
Namun tetap tegar dengan kerasnya kehidupan

Lihatlah
Orang-orang yang bermandikan kemewahan
Mengkikis tanah-tanah orang miskin
Hanya untuk menambah ego kekayaan

Ohh Tuhan
Aku tak tahu siapa yang hendak kusalahkan
Atas ketidakadilan yang menjijikkan
Merasuki tiap-tiap lini kehidupan

Omong kosong memang berupa-rupa
Kering kosong tanpa upaya
Dari utara hingga ke tenggara
Seperti terjerat masa tak berdaya
(Dian)

Jumat, 27 Maret 2020

Temui Banyak Kendala,Kuliah Daring Dikeluhkan Berbagai Pihak


Berdasarkan keputusan hasil rapat pada 16 Maret lalu, Rektor UTM mengeluarkan SK Nomor:B825/UN46/HM.00.06/2020.

Surat Keputusan tersebut menginstrupsikan untuk meniadakan kuliah tatap muka mulai 17 -  31 Maret. Menindaklanjuti SK tersebut, Fakultas Pertanian mulai kuliah Daring sejak 17 maret lalu. Namun ,baru sepekan dilakukan, banyak laporan keluhan, baik dari pihak mahasiswa maupun tenaga pendidik (Dosen).

Metode perkuliahan sistem Daring dengan memanfaatkan aplikasi seperti Edmodo, zoom, classroom dan aplikasi lain yang dianggap kurang maksimal.

Mahasiswa mengaku tertekan dengan timbunan tugas, penyampaian materi juga dirasa tidak maksimal karena kemampuan materi dan non materi mahasiswa berbeda-beda.

Ninda, mahasiswa Agribisnis, mengaku kesulitan karena sinyal, juga kouta yang habis banyak. Terlebih perihal daya tangkap yang masing-masing mahasiswa tidak sama.

“Aplikasi yang berbeda, itu cukup sulit kami ikuti,”terang Ninda.

Mifta, mahasiswa TIP, dia mengeluhkan tentang pengondisian keaktifan mahasiswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

“Beberapa mahasiswa saja yang aktif di karenakan kesibukan masing-masing dirumahnya berbeda,” kata Miftah.

Dia mengatakan, terkadang mahasiswa hanya mengisi daftar hadir  atau presensi, setelah itu hilang, tidak aktif lagi.

Hal senada juga disampaikan oleh Zaynuri, Dosen Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan (MSP). Menurutnya, education berbeda dengan learning. Dampak belajar tidak langsung (daring) menyebabkan eksplorasi kemampuan mahasiswa tidak maksimal.

“Lebih natural jika melihat dari bahasa tubuh mahasiswa tersendiri.”paparnya.
Menambahkan, sejak diberlakukannya kuliah daring, dengan alasan tersebut, Zaynuri mengaku tidak melakukan kelas daring.

Berbeda dengan Korprodi mahasiswa Agribisnis Novi Diana Badrud Tamami, menyikapi COVID-19 mahasiswa tetap harus melakukan kuliah Daring, meskipun tidak efektif dengan tatap muka. Namun, Novi mengakui adanya keluhan sistem kelas daring dari mahasiswa.

Sebagai bentuk usaha, kata Novi, dia membuat laman khusus untuk menyampaikan segala kritik dan saran melalui laman Kepuasan Belajar Daring Agribisnis UTM

“Saya sudah berbicara terhadap dosen lain untuk memberi pertimbangan terkait pemberian tugas, kuatirnya mahasiswa aman dari corona tapi malah depresi,”pungkasnya.

“Untuk dosen jalani online teaching secara fleksibel , empati kepada kondisi mahasiswa yang semuanya tidak seragam, baik dari kemampuan otak dan kemampuan dompetnya, kita harus aware bahwa online system is so costly. Untuk mahasiswa keep fun jalani semampunya semua kendala mohon dibicarakan dengan pjmk keep your best.” pungkasnya.
(Al,Muhlis,ev,Wil)

Minggu, 01 Maret 2020

Romantisisme Alam


Hutan sejuk
Jauh segala buruk
Gunung sunyi
Muara segala nyanyi
Laut teduh
Jauh segala keluh

Di bawah luasnya alam semesta
Kita meniti kehidupan
Menikmati indahnya alam
Semua saling ketergantungan

Kau yang kini mapan
Beranak-pinak harta
Berlumuran kemewahan
Dari mana kau dapat semua itu

Dari pohon yang kau tebang
Dari hutan yang kau bakar
Dari air yang kian kering
Dari sungai yang kian kotor

Apakah kau sadar?
Ada banyak nyawa yang kau bunuh
Ada banyak keindahan yang kau musnahkan
Ada banyak kedamaian yang kau hancurkan
Ada banyak ketenangan yang kau bubarkan

Bumi ini memberi segalanya
Manusia campakkan itu semua
Lingkungan perlahan mulai samar
Akibat  nafsu bengis manusia
By:Raihul Ashari

Jumat, 21 Februari 2020

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan BEM serta BK FP UTM : Reposisi FAPERTA




Agenda pelantikan dan serah terima jabatan  pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),Badan Kelengkapan  (FP UTM) yang diselenggarakan di Gedung Cakra Universitas Trunojoyo Madura (UTM) pada hari jumat(21/02) mengusung tema “ Reposisi FAPERTA sebagai Gerakan Sumbangsih Nyata Wujudkan SDM yang Unggul”. Rangkaian acara Berlangsung sejak pukul 13.40.


Acara pelantikan dihadiri langsung oleh Slamet Subari selaku Dekan Fakultas, Teti Sugiarti, Wakil Dekan 1, Insafitri, Wakil Dekan 2 dan Akhmad Farid, Wakil Dekan 3. Dan dihadiri oleh Presiden Mahasiswa UTM Khairul Amin beserta Sekjennya. Juga dihadiri oleh seluruh demisioner BK FP 2019. Calon pengurus BEM FP yang dilantik ada 32 orang dan calon Badan Kelengkapan FP UTM 9 orang.

Berikut adalah nama Ketum yang telah resmi dilantik pada priode 2020 :

1. Ketua Umum Himagrotek : Ahmad Sanubari Ali Yasin
2. Ketua Umum Himagri : Ivan Hidayat
3. Ketua Umum Himatipa : Dzikrul Muttaqin Ubaidillah
4. Ketua Umum Himala : Lukman Kholid
5. Ketua Umum Himasura : Mohamad Afif Irfani
6. Ketua Umum UKM FP Penalaran : Estu Saputro
7. Pimpinan Umum UKM FP ALIPI : Raihul Ashari
8. Ketua Umum UKM FP Viper C : Moh. Fauzan Ramadhan
9. Ketua Umum UKM FP Porgafta : Muclisin



Terkait adanya pelantikan tahunan, UKM FP Kesenian daun dan UKM FP Mardic tidak hadir dalam acara pelantikan, dan hal ini menjadi tanda tanya terkait penyebab Ketum terpilih tidak menghadiri acara resmi ini. Menurut salah seorang calon pengurus BEM FP bahwa dari pihak BEM sudah mengonfirmasi kepada pihak UKM FP Daun dan mereka setuju bila pelantikan Ketua Umum terpilih UKM FP Kesenian Daun ditanggalkan. “Timeline pelantikan baik prodi maupun UKM sudah terjadwal sistematis. Bila kita masih bersih keras untuk menunggu maka semua akan membuntut kacau,” pungkas panitia.

Slamet Subari unjuk bicara terkait harapan untuk Faperta kedepan. Beliau mengemukakan bahwa tantangan kepengurusan BEM FP periode ini sungguh berbeda, mengingat berubahnya paradigma pengelolaan dengan tagline “Kampus Merdeka” sehingga kepengurusan tahun ini harus mampu menyesuaikan jalannya kepengurusan dengan segala tuntutan yang ada. Hal lain yang beliau sampaikan bahwa, “Kegiatan seperti Agriculture Vaganza, Dekan Cup serta Dies Natalis agar digabung menjadi satu event, biar gaungnya dahsyat dan gak ecek - ecek”. “Hal ini bisa kita wujudkan dengan kolaborasi utuh antara pihak fakultas dengan mahasiswa sebagai pelaksana program,” tambahnya.


Pernyataan juga datang dari Ketua Umum terpilih Himatipa, bahwa “Kekurangan Kepengurusan BEM periode lalu adalah kurang diikutkannya peran prodi untuk bersama-sama membangun fakultas. Inilah yang sepantasnya bisa diperbaiki di kepengurusan BEM periode sekarang ini mengingat BEM sebenarnya bisa diartikan sebagai bapak yang seharusnya bisa merangkul”.
“Harapan untuk kepengurusan BEM periode ini ialah agar semakin bermanfaat bagi semua kalangan di lingkungan Fakultas Pertanian UTM”. Begitu juga dengan harapan Dekan FP UTM yang menyatakan bahwa kinerja kepengurusan BEM periode 2020 harus semakin baik dan mampu menjawab segala tuntutan perkembangan jaman yang ada, jelasnya.
(Reporter:Khusnul,Dina)

Minggu, 16 Februari 2020

"Suster Duda" Pentas Perdana UKM FP Kesenian Daun di 2020

Foto : mil

Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Pertanian (UKM-FP) Kesenian Daun menggelar pentas pertamanya di tahun ini. Acara bertajuk "Suster Duda" (Suguhan Seni Terbaru Daun Muda) 2020 ini digelar di Aula Gedung Study Centre (GSC). Puncak acara digelar pada Sabtu malam (15/2) kemarin dengan tema ARTeri  (Aktualisasi Diri yang Terwujud Melalui Seni).

Pada pentas malam puncak tersebut, para anggota UKM FP Kesenian Daun menampilkan beberapa pertunjukan diantaranya, tari kontemporer, tari tradisional, tari modern, monolog, teater, serta musikalisasi puisi. Selain dari anggota UKMF Daun, acara tersebut juga dimeriahkan oleh pegiat seni dari universitas luar serta siswa SMA.

Acara tersebut berhasil menyedot animo mahasiswa. Pada acara puncak, aula GSC tempat berlangsungnya acara penuh sesak dengan penonton. Yuyun, salah satu penonton mengatakan, acara tersebut sangat menarik untuk disaksikan
"Seru, sih, apalagi aku juga jarang lihat pentas seni, lihat pentas di univeritas beda dengan pas pensi SMA" ujar mahasiswa sosiologi tersebut.

Santi, Ketua Pelaksana kegiatan mengatakan, pentas Suster Duda ini bertujuan untuk menambah jam terbang bagi anggotan UKM FP Kesenian Daun yang baru bergabung, "yang pasti ini proses, dengan hobi mereka berkesenian, prosesnya tentu akan jadi menyenangkan," ungkap mahasiswa Agribisnis tersebut.

Persiapan pementasan ini dilakukan sejak lama. Dimulai dari awal November hingga awal Februari. Dengan latihan ekstra serta konsep yang matang. Setelah terselanggaranya pementasan ini, Santi juga berharap bisa membuat pentas serupa pada tahun tahun selanjutnya,  "alhamdulilah acara juga berjalan lancar. Harapannya sih tahun depan bisa bikin pentas yg jauh lebih baik lagi," pungkasnya. (mil/al)